Kamis, 13 Agustus 2009
Teror dengan menggunakan bom kembali terjadi di Jakarta hingga menelan korban jiwa. Selama ini ”penjinakan” bom di Indonesia banyak mengandalkan keahlian manusia. Namun, dalam beberapa kasus, ancaman itu dapat dipatahkan dengan menggunakan detektor bom dan alat penjinak bom.
Belakangan, untuk menekan risiko fatal dikembangkan robot untuk menanganinya. Penggunaan robot oleh pasukan penjinak bahan peledak atau Tim Gegana Polri telah dilakukan sejak lama. Sayangnya, robot-robot itu masih produk asing, antara lain berasal dari Inggris.
Sepuluh tahun terakhir ini beberapa lembaga riset nasional mulai mengembangkan sistem detektor dan robot penjinak bom. Batan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) lebih dari 10 tahun terakhir mengembangkan sistem analisis bahan eksplosif juga narkoba dengan mengaktifkan neutron cepat menggunakan neutron generator.
Generator neutron dikembangkan di Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Batan sejak tahun 1998. Deteksi bahan eksplosif dilakukan dengan memancarkan berkas neutron yang telah diaktivasi ke obyek, misalnya, kontainer yang berisi bahan eksplosif.
Dari spektrum sinar gamma yang ditimbulkan, dapat diketahui isi kontainer tersebut. Karena bahan peledak terdiri dari unsur H, C, N, dan O dalam komposisi tertentu, lewat spektrum sinar unsur-unsur tersebut dapat terbaca.
Penanganan bom atau bahan peledak juga dilakukan dengan menggunakan robot. Salah satunya dikembangkan oleh Endra Pitowarno dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi 10 Nopember, yang telah menghasilkan tiga generasi robot penjinak bom sejak 2003.
Sementara itu, Estiko Rijanto, peneliti mekatronika dan sistem kontrol dari LIPI, pada tahun 2006 berhasil mendesain dan merancang bangun mobil robot penjinak bom yang disebut Morolipi. Prototipe yang telah dipatenkan itu desain awalnya dibuat tahun 2004.
Setelah Morolipi versi 1 (V.1) atau versi tahun 2006 Estiko, yang kini menjadi Kepala Bidang Mekatronika di Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, tahun ini mendesain Morolipi versi dua (V.2).
”Prototipe generasi kedua ini akan ditampilkan pada HUT LIPI pada 23 Agustus,” ujar Estiko, yang menamatkan program doktornya di Tokyo University for Agriculture and Technology.
Morolipi V.1 dirancang untuk membantu pasukan Gegana atau penjinak bahan peledak. Robot itu lebarnya 1 meter, tinggi 90 cm, dan bobot 100 kg. Kelebihan mobil robot ini adalah mampu berjalan di daerah datar dengan kecepatan 1 meter per detik tanpa menggunakan energi karena menggunakan kopling elektrik. Robot yang dijalankan dengan roda berantai ini juga dapat menaiki tangga.
Morolipi V.1 memiliki lengan sepanjang 70 cm. Lengan beruas dua ini dapat berputar 360 derajat dan dapat menekuk. Pada ujung lengan dipasang alat penjepit dan pemotong kabel.
Morolipi V.1 dilengkapi dengan artikulator, kamera, dan sensor inframerah yang dapat mengirimkan citra hasil penginderaannya secara telemetri sehingga gambarnya dapat ditampilkan pada layar komputer yang dioperasikan sang operator. Dengan sarana yang terpasang itu, operator dapat mengendalikan Morolipi dari jarak maksimal 6 kilometer dengan menggunakan tongkat pengendali (joystick).
Dalam uji coba menjinakkan bahan peledak, Morolipi terbukti dapat bekerja efektif, yaitu memotong rangkaian kabel berukuran diameter 2 mm yang dapat memicu ledakan sehingga bahan peledak nonaktif.
Setelah sempat terhenti selama dua tahun, 2007-2008, Estiko dan timnya mulai membuat mobil robot generasi kedua, yaitu Morolipi V.2.
Pada Morolipi versi ini robot ditingkatkan kemampuannya untuk membawa senjata api. Robot generasi baru ini dapat dikendalikan untuk mendekati dan menembak sasaran. Selain itu, juga akan dilakukan pengembangan ke arah nonmiliter, yaitu melengkapi robot dengan alat pembersih tangki bahan bakar minyak di pelabuhan.
”Morolipi generasi kedua ini akan mengalami perbaikan dalam sistem penggerak rodanya sehingga memungkinkan berjalan lebih mulus dan cepat,” urai Estiko.
Pada tahap berikutnya, Morolipi akan dilengkapi dengan sistem pendeteksi bahan peledak. Hal ini dilakukan dengan merancang sistem mekatronika dan sensor. Dengan serangkaian pengembangan ini, Morolipi dapat menjadi garda depan kancah pertempuran, robot pengintai. Adapun untuk menjaga ketertiban Morolipi dapat membantu pasukan antihuru-hara mengatasi kerusuhan.
Menurut dia, untuk mencapai tahap itu diperlukan waktu beberapa tahun lagi sehingga prototipe Morolipi dapat difabrikasi oleh industri dan digunakan oleh berbagai pihak, antara lain Polri dan TNI serta industri manufaktur dan migas.
Pengembangan robot penjinak bom atau mobil robot, baik oleh Endra maupun Estiko, dapat mengurangi ketergantungan pada pihak asing. Pembuatan robot di dalam negeri juga dapat menekan biaya hingga setengahnya dibandingkan impor mobil robot penjinak bom. Harga robot impor bisa mencapai sekitar Rp 1 miliar per unit.
1 komentar:
Trus maju indonesia, sudah saat nya indonesia harus bisa maju, tanpa bantuan asing..
Posting Komentar