Selasa, 18 Agustus 2009
Bogor,Indonesia — Pembentukan biochar atau arang hayati dengan potensi jutaan ton setiap tahunnya secara ilmiah mampu menyuburkan lahan sekaligus bermanfaat menyerap karbon. Namun, potensi ini masih terabaikan padahal bahan baku melimpah, seperti sekam serta jerami padi, tempurung kelapa, limbah biji sawit, dan limbah industri kayu.
”Tidak perlu mekanisme yang sulit untuk berpartisipasi mengurangi emisi karbon. Potensi biochar sangat berlimpah, tetapi implementasinya sampai sekarang masih sangat sedikit,” kata peneliti ekofisiologi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, Anischan Gani, dalam seminar di Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor, Kamis (18/6).
Gani memaparkan, pemanfaatan biochar khususnya untuk perbaikan lahan pertanian. Manfaat lainnya adalah dapat menyimpan karbon secara stabil selama ribuan tahun dengan cara dibenamkan ke dalam lahan itu.
Pembicara lainnya yaitu peneliti pada Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Yudi Widodo. Yudi menyampaikan makalah mengenai peran ubi-ubian untuk antisipasi pangan dan energi dalam menghadapi pemanasan global.
Menurut Gani, biochar merupakan arang hayati dari sebuah pembakaran tidak sempurna sehingga menyisakan unsur hara yang menyuburkan lahan. Jika pembakaran berlangsung sempurna, biochar berubah menjadi abu dan melepas karbon. ”Berbeda dengan pupuk bahan organik yang mengalami pembusukan itu akan melepas emisi berupa metana yang 21 kali lipat besarnya melebihi karbon dioksida dalam menyebabkan pemanasan global,” ujarnya.
Yudi mengemukakan, ubi-ubian sebagai tanaman penghasil karbohidrat dapat dikembangkan dengan sistem wanatani. Pengembangan ubi-ubian bisa dilakukan di bawah naungan pepohonan di hutan sekaligus dapat menyelamatkan hutan dan memenuhi kebutuhan pangan dan energi.
0 komentar:
Posting Komentar